Jumat, 09 Desember 2011

Kau dan Dia Aku Cinta


Hari ini tak sengaja aku bertemu dengannya setelah 10 tahun menghilang tanpa sebab. Dia cinta pertamaku, orang yang membuatku tersenyum, tertawa dan menangis dalam satu waktu. Hampir 17 tahun aku memendam rasa kepadanya, saat dia tau perasaanku entah mengapa dia pergi begitu saja. Akhirnya aku tau mengapa dia menghilang, pernikahan.
"Ceria..." Ibu mengetuk pintu, membuatku terkejut dan panik.
Aku sedang memandangi foto lelaki itu, senyumnya masih sama dengan foto 15 tahun lalu yang ku ambil diam-diam. Langsung ku sembunyikan foto itu di balik bantal.
"Kamu tidur ya? Berkali-kali ibu panggil tak ada jawaban..."
"Iya bu." Jawabku berbohong. Sekilas ku lihat benda di tangan ibu. "Apa itu?"
"Oh ini... Ada beberapa majalah fesyen dari tantemu. Ibu lihat kamu kesulitan memilih model kebaya pernikahanmu, jadi kamu bisa melihat beberapa model dari majalah ini. Karena kamu sangat lelah, besok saja kita diskusikan. Istirahatlah..." Ibu meletak majalah di atas meja dan keluar setelah mencium keningku.
Lelah? Kali ini aku tidak berbohong. Aku benar-benar lelah dengan pergulatan batinku sendiri. Aku membuka majalah itu, membolak balik halamannya tanpa hasrat. Pernikahanku sebentar lagi, mengapa aku malah dijerat dilema seperti ini? Iseng ku buka kotak penyimpananku, di dalamnya terdapat ratusan surat cinta yang tak pernah ku berikan kepada lelaki itu. Niatnya sih akan ku bakar kotak itu setelah menikah, biar semua perasaan dan kenanganku dengannya lenyap bersama si jago merah. Bukan aku ingin melupakannya (aku tak bisa melupakannya), aku hanya ingin hidup dengan seseorang yang mencintai dan berkorban untukku seperti Yudha. Sejujurnya aku juga belum bisa 100 % mencintai Yudha, 70% isi hatiku masih ditempati lelaki itu. Yudha sudah 3 tahun menunggu dan berkorban untukku, jadi tak ada alasan untuk menolak lamarannya. Aku yakin suatu hari nanti akan mencintainya sepenuh hati. Walau pun Yudha bukan cinta pertamaku, aku selalu berharap dia lah cinta terakhirku.

Cinta tak Pernah Salah


Aku jatuh cinta padanya ketika mata kami bertemu di festival antar sekolah. Wajah putihnya kemerah-merahan disengat sinar matahari siang itu. Kaki jenjangnya tak pernah lelah melangkah menawarkan sebuah produk buatan sekolahnya. Lesung di kedua pipinya menghiasai senyuman penuh semangat, membuat jantungku seakan berhenti berdetak. Sorot matanya tajam menatapku dengan tatapan jenaka khas anak muda. Aku tercengang, beginikah yang disebut 'fall in love'? Aku benar-benar terlarut dalam pesonanya. Dan akhirnya setelah acara usai, aku mendapat sebuah petunjuk tentang pemuda itu. Bara, kelas III SMU Taman Bahagia.
***
Aku mencatat tanggal itu. Pertama kali jatuh cinta pada Bara, 16 April 2003 . Akan ku kenang seumur hidupku, hari di mana aku menemukan Mr. Right-ku. Sampai saat ini aku masih mengingat senyuman, tawa bahkan bau tubuhnya. Dan semenjak hari itu aku terus mencari tau tentangnya. Apa yang dia suka dan yang tidak, tentang sekolah, teman dan keluarganya. Hobby dan kegiatannya. Yang paling membuatku senang karena dia single alias belum punya pacar. Horeeeee!!! Dia pasti jodoh yang dikirimkan Tuhan untukku. My Bara, I loph yu ful...
***

Bayu and By You


Cleo terpana, terpaku dan terkesima melihat pemuda yang baru saja menolongnya dari ulah nakal para Senior kelas 2. Sebenarnya Cleo yang rada-rada tomboy gak jelas itu hampir saja melawan keempat seniornya yang gak banget itu, tapi berhubung hari ini adalah hari terakhirnya OSPEK di sekolah barunya, Cleo pun mengurungkan niat gilanya itu.
“Hm, kamu gak apa-apa khan?” Tanya Pemuda itu seraya memberikan pita warna-warni Cleo yang terjatuh. “Selamat datang di dunia biru-putih. Beginilah dunia barumu...”
“Iya Bang. Makasih yach udah nolongin aku...”
Pemuda itu mengangguk dan dengan cueknya meninggalkan Cleo yang masih terpana.
“Bayu Erlangga Junior. Hm, nama yang keren seperti orangnya...” Cleo tersenyum bahagia. Tak sia-sia hari ini dia dikerjai oleh para senior kalau akhirnya bisa bertemu dengan Bayu. Hohoho...
©©©
“Dari mana aja? Aku cariin dari tadi.” Melur, sahabat akrab Cleo sejak kecil telah menunggunya di Aula.
Cleo senyam-senyum. “Ada insiden tadi. Tapi itu gak penting...” Kata Cleo saat melihat sahabatnya mulai panic. “Yang terpenting adalah... aku ditolong oleh seorang pangeran yang aduhai...”
Melur mengerutkan kening. “Sumpah! Aku gak ngerti...”
Cleo menghela nafas. “Gini lhoh fren... tadi aku diusili sama abang-abang kelas. Sempat melawan sih, tapi makin diusili. Aku pasrah aja deh! Eh rupanya datang pangeran tampan yang menolongku, namanya... Bayu Erlangga Junior. Duh... kayaknya aku jatuh cinta...”
Melur mencubit pinggang Cleo.
“Aduh!!! Apaan sich Melur? Sakit tau!”
“Habisnya kamu aneh! Anak kecil udah cinta-cintaan!”
“Lhoh... memangnya gak boleh? Melur sayang... kita ini udah eS eM Pe. Udah gede, bukan anak SD lagi...”

Sabtu, 30 Agustus 2008

Pengorbanan Cinta

Dalam diammu ku terpana
Dalam senyummu ku terbuai
Dalam tawamu ku bahagia
Dalam cintamu ku merana
Diammu indah
Senyummu hiasan
Tawamu mahligai
Cintamu kepahitan
Sungguh ku takkan lelah
Walau ku merana, penuh kepahitan
Ku tetap cintaimu…
Walau kau hanya angin lalu!

ANGIN

Angin itu indah
Angin itu rupawan
Angin itu bijaksana
Angin itu menakjubkan
Angin itu tak terduga
Tak ada yang tau pasti
Ke mana tujuan angin
Karena ngin tak tentu arah
Karena angin bukan milik siapa-siapa
Karena angin hanya milik Tuhan
Aku mencintai sang angin
Dengan segenap hati
Seluruh jiwa ragaku
Aku mengagumi angin
Walau ia tak pernah menyapa
Karena ia bebas ke mana saja
Aku cinta sang angin
Walau ia takkan jadi milikku
Walau ia bukan untukku
Tapi apapun yang terjadi
Aku takkan berpaling ke lain hati
Cintaku hanya untukmu…
ANGIN!!!

Tertipu Wajah Cinta

Senyum manis tersimpul
Di balik wajah lugunya
Tawa riang menggema
Alunan suara berirama
Merdu nasehat terdengar
Kata-kata penuh makna terjaga
Terbuai aku dan tergoda
Semua khayalan di depan mata
Malam ini aku tertawa
Esok malam ku menderita
Ternyata kau yang aku cinta
Pandai bersandiwara
Apakah gerangan yang terjadi
Kenapa cintaku dikhianati
Kasih sayangku didustai
Kau tipu diriku ini
Mungkin aku yang berdosa
Atau kau yang bersalah
Karena ternyata wajah indah
Kata-kata bak mahligai
Perlakuan alangkah rupawan
Tak seperti kenyataan
Sungguh aku kecewa
Aku tertipu wajah cinta
Kini aku semakin kecewa
Selamanya…