Hari ini
tak sengaja aku bertemu dengannya setelah 10 tahun menghilang tanpa sebab. Dia
cinta pertamaku, orang yang membuatku tersenyum, tertawa dan menangis dalam
satu waktu. Hampir 17 tahun aku memendam rasa kepadanya, saat dia tau
perasaanku entah mengapa dia pergi begitu saja. Akhirnya aku tau mengapa dia
menghilang, pernikahan.
"Ceria..." Ibu
mengetuk pintu, membuatku terkejut dan panik.
Aku sedang memandangi foto
lelaki itu, senyumnya masih sama dengan foto 15 tahun lalu yang ku ambil
diam-diam. Langsung ku sembunyikan foto itu di balik bantal.
"Kamu tidur ya?
Berkali-kali ibu panggil tak ada jawaban..."
"Iya bu." Jawabku berbohong.
Sekilas ku lihat benda di tangan ibu. "Apa itu?"
"Oh ini... Ada beberapa majalah
fesyen dari tantemu. Ibu lihat kamu kesulitan memilih model kebaya
pernikahanmu, jadi kamu bisa melihat beberapa model dari majalah ini. Karena kamu
sangat lelah, besok saja kita diskusikan. Istirahatlah..." Ibu meletak
majalah di atas meja dan keluar setelah mencium keningku.
Lelah? Kali ini aku tidak
berbohong. Aku benar-benar lelah dengan pergulatan batinku sendiri. Aku membuka
majalah itu, membolak balik halamannya tanpa hasrat. Pernikahanku sebentar
lagi, mengapa aku malah dijerat dilema seperti ini? Iseng ku buka kotak
penyimpananku, di dalamnya terdapat ratusan surat cinta yang tak pernah ku
berikan kepada lelaki itu. Niatnya sih akan ku bakar kotak itu setelah menikah,
biar semua perasaan dan kenanganku dengannya lenyap bersama si jago merah. Bukan
aku ingin melupakannya (aku tak bisa melupakannya), aku hanya ingin hidup
dengan seseorang yang mencintai dan berkorban untukku seperti Yudha. Sejujurnya
aku juga belum bisa 100 %
mencintai Yudha, 70% isi hatiku masih ditempati lelaki itu. Yudha sudah 3 tahun
menunggu dan berkorban untukku, jadi tak ada alasan untuk menolak lamarannya.
Aku yakin suatu hari nanti akan mencintainya sepenuh hati. Walau pun Yudha
bukan cinta pertamaku, aku selalu berharap dia lah cinta terakhirku.